Sifat pemalu hanya perlu dikendalikan bukan dihilangkan sama sekali. Tak sulit, kok.
SAAT berinteraksi dengan orang lain yang tidak dikenal, setiap bayi menunjukkan perilaku unik. Ada yang langsung menyunggingkan senyum dan mau digendong. Namun, tidak sedikit yang jangankan digendong, diajak bicara saja langsung menangis. Nah, termasuk tipe manakah bayi Anda? Jika tipe yang terakhir maka kemungkinan besar, bayi memiliki potensi untuk bersifat pemalu. Ini dapat dilihat dari sikap menarik diri kala berhadapan dengan orang lain.
"Ada banyak pendapat mengenai bayi pemalu," ungkap Mira D. Amir, Psi. Misalnya, pendapat bahwa sifat pemalu merupakan bawaan. Bayi pemalu dilahirkan dari orangtua pemalu. Sedangkan ahli lain menjelaskan perilaku pemalu merupakan akibat pola asuh dan respons lingkungan. Mungkin saja, beberapa sikap orangtua membuat bayi berkembang menjadi anak pemalu.
Ciri lain bayi pemalu adalah menunjukkan sikap jago kandang. Seorang bayi berusia 6 bulan yang sehat, selama berada di rumah biasanya cukup aktif merangkak ke sana kemari, bermain apa saja tanpa ada masalah. Tak segan dia menunjukkan kemampuan-kemampuan barunya, seperti mengeluarkan suara-suara dan ocehan untuk menarik perhatian. Namun di luar rumah, ia bersikap pasif dan tidak mau lepas dari gendongan ibunya. Dia juga menghindari kontak lebih jauh dengan orang lain di dekatnya.
ANEKA PENYEBAB
Tanpa mengesampingkan pengaruh bawaan, ada beberapa pola asuh maupun tindakan orangtua yang membuat anak menjadi sosok pemalu. Salah satunya kurang mengasah kecerdasan sosial si bayi. Sehari-hari, ia dibiarkan miskin interaksi dengan lingkungan sekitarnya, baik teman sebaya, maupun orang dewasa lainnya. Saat bayi-bayi lain asyik diajak jalan-jalan, ia diharuskan berdiam di rumah. Akibat tidak terbiasa dengan lingkungan luar, saat bertemu dengan orang yang tidak dikenal, ia menghindar karena menganggap mereka sebagai ancaman. Si bayi pemalu hanya merasa aman dengan orang yang sudah dikenalnya saja.
Bisa juga, selama ini orangtua kurang mampu mengekspresikan perasaannya. Padahal dengan kita tertawa, tersenyum, bersedih, dan semua ungkapan emosi lainnya, bayi juga belajar mengekspresikan emosi, baik positif maupun negatifnya. Ini akan memupuk kepercayaan diri anak saat berinteraksi.
Sikap overprotektif orangtua juga bisa memperberat sifat pemalu anak. Contohnya, setiap kali bayi berniat mengeksplorasi suatu benda, eh, langsung dilarang karena dianggap akan membahayakannya. Atau bayi tidak boleh melakukan suatu aktivitas karena dianggap berisiko, tetapi tanpa menyediakan aktivitas alternatifnya. Kondisi ini tentu membuat bayi serbasalah yang menjadikannya tidak percaya diri dan menarik diri.
Serangkaian sikap tadi muncul karena beberapa alasan. Barangkali, orangtua khawatir bayinya jadi gampang sakit jika dibawa ke luar rumah dan bertemu anak-anak lain. Bisa juga, karena perasaan tidak cocok dengan lingkungan sekitar yang muncul dari perbedaan pola dan gaya hidup. Tidak sedikit juga yang disebabkan oleh masalah pada diri salah satu atau kedua orangtua. "Saya pernah menemukan kasus bayi yang kesulitan berinteraksi. Berjam-jam tidak pernah menyunggingkan senyum sedikit pun. Setelah dicari tahu, ternyata ibunya sendiri tidak pernah tersenyum dan bergaul dengan tetangga."
SERANGKAIAN DAMPAK
Sifat pemalu, ungkap Mira, tidak dapat dihilangkan dan memang harus dijaga jangan sampai hilang sama sekali. Bagaimanapun, sifat pemalu pada beberapa kondisi tetap dibutuhkan. Bisa dibayangkan jika sifat itu hilang, si kecil bisa tumbuh menjadi anak yang menyebalkan atau di luar kewajaran. Hanya saja, sifat pemalu harus dikendalikan agar tidak menghambat perkembangan, stimulasi, dan semua potensi yang dimiliki.
Jika tidak, maka kemampuan belajar bayi akan sedikit terhambat. Yang paling terasa adalah bayi cenderung menghindari interaksi dengan orang lain, padahal manfaatnya segudang. Salah satunya bayi akan belajar "sesuatu" dari bayi atau anak lain. Saat bayi lain sudah belajar berjalan, maka ia pun akan tergerak untuk belajar hal sama. Demikian juga dengan kemampuan berkomunikasi. Dari interaksi dengan anak berusia di atasnya, bayi akan menemukan kosakata baru yang mungkin tidak ditemukan di rumah. Umumnya, bayi cenderung mengobral kemampuan verbalnya saat bertemu dengan bayi atau anak lain.
Dampak selanjutnya, sangat mungkin sifat pemalu ini akan terbawa hingga anak berusia batita, bahkan sampai usia sekolah jika tetap didiamkan dan dianggap wajar oleh orangtua. "Semakin bertambah umur anak, maka semakin sulit penanganannya," kata Mira. Sayang bukan, karena potensi anak jadi tidak tergali seluruhnya. Kemampuan sosialisasinya juga cukup buruk, sehingga tidak punya banyak teman. Itulah sebabnya, saran Mira, sifat ini harus mulai dikendalikan saat bayi.
BAGAIMANA MENGATASINYA?
Menurut psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI) ini, orangtualah yang dapat berperan dalam mengendalikan sifat pemalu pada bayi. Tujuannya agar bayi tampil percaya diri, ekspresif, dan berkembang sesuai potensi dalam dirinya.
Lihat saja, pada situasi dan kondisi tertentu, bayi sebenarnya cukup percaya diri. Ia bisa mengeluarkan kemampuannya dengan baik, berekspresi secara wajar, dan lain-lain kala berada di lingkungan yang dikenal atau di tengah orang-orang terdekatnya.
Inilah kiat mengatasi sifat pemalu yang intinya mengasah kecerdasan interpersonal bayi:
* Jadikan diri Anda sebagai model terbaik buat si kecil. Orangtua dengan rasa percaya diri, kemampuan berekspresi, dan bersosialisasi yang baik otomatis memberikan contoh kepada si kecil tentang cara berinteraksi dengan orang lain. Jangan harap bayi memiliki keberanian bergaul jika orangtuanya sendiri tertutup.
* Ajaklah si kecil berjalan-jalan di sekitar rumah pada pagi atau sore hari untuk bertemu dengan anak-anak lain. Ini bisa dilakukan sejak bayi berumur 3 bulan kala kemampuan sosialnya mulai muncul.
* Kenalkan bayi pada anak-anak lain. "Dek, ini temanmu. Namanya Dani." Mungkin ia tidak merespons bahkan cuek, tapi biar saja. Bayi sebenarnya merekam semua percakapan itu. Selanjutnya mulailah percakapan seolah-olah si bayi sedang berbicara dengan temannya.
* Beri ia kesempatan mengamati sosok lain yang secara fisik tidak jauh berbeda darinya.
* Bawa bayi ke acara yang melibatkan banyak orang, seperti kumpul keluarga, acara pernikahan, ulang tahun teman, atau arisan. Lewat cara itu, anak jadi terbiasa pada berbagai situasi dan berhadapan dengan banyak orang yang belum dikenal.
* Undang anak-anak teman atau kerabat ke rumah Anda sekiranya keadaan di luar tidak cukup nyaman untuk berjalan-jalan atau Anda tidak memiliki tetangga dengan anak-anak yang sebaya. Bisa juga, si kecil yang diajak berkunjung ke tempat kerabat. Lewat cara itu, anak akan menikmati aktivitas berinteraksi dengan orang lain.
* Sekolah khusus bayi juga bisa menjadi jalan keluar. Di sini si kecil dapat berinteraksi dengan bayi lain dan mengikuti metode bermain yang akan menempa kemampuan sosialisasi serta percaya dirinya.
* Tak usah mengomentari sifat pemalu balita dengan label-label buruk, seperti, "Dasar pemalu," "Kamu pemalu amat," "Ah, Adek jelek kalau enggak mau senyum." Ungkapan-ungkapan itu akan ditangkap alam bawah sadarnya hingga kelak ia mengerti dan membuatnya semakin menarik diri. Ingat, label bersifat melekat. Anak yang sebetulnya tidak pemalu pun sangat mungkin menjadi pemalu jika dilabeli si pemalu. Lebih baik, beri pujian tiap kali bayi menunjukkan kemauannya berinteraksi sampai ia terbiasa melakukannya.
* Hindari sikap memaksa. Ketika si kecil tidak mau lepas dari gendongan Anda, sedangkan bayi-bayi lain asyik bermain, jangan lantas memaksanya ikut bermain. Tindakan ini justru akan memberinya tekanan kuat yang menimbulkan perasaan tidak nyaman. Alhasil, niat untuk berinteraksi malah urung dan makin tampak sifat pemalunya.
* Bersikaplah sabar dan relaks agar bayi punya waktu beradaptasi dengan mengamati bayi lain bermain. Lambat laun, ia akan tertarik untuk ikut bermain. Bila belum berhasil, lakukan terus hal yang sama hingga bayi terbiasa dan mampu mengatasi sifat pemalunya.
BAYI PEMALU BUKAN BAYI SULIT
Bayi pemalu belum tentu sulit dan bayi sulit belum tentu pemalu. Bayi sulit umumnya tidak memiliki masalah dalam berinteraksi dengan orang lain, bahkan cenderung berani.
Ciri-ciri dan penanganannya pun berbeda satu sama lain. Begitu pula dengan penyebabnya. Bayi pemalu menunjukkan hambatan saat berinteraksi. Ia memerlukan jeda atau waktu beradaptasi yang lama saat harus berbaur dengan orang asing. Penyebabnya, antara lain orangtua tidak menjadi model yang baik dalam bergaul.
Sedangkan bayi jadi berkarakter sulit karena ada gangguan dalam pengendalian emosinya. Penyebabnya bisa saja karena pengabaian orangtua sejak bayi dalam kandungan. Begitu pula jika orangtua kurang peka terhadap kebutuhan bayi akan sentuhan (digendong), perhatian (tanggapan menyenangkan, mengajak bermain, tatap mata), serta perawatan (pemberian makanan, ganti popok, memandikan). Akibatnya, ia tidak memiliki rasa percaya pada lingkungan dan selalu merasa tidak aman. Umpamanya, telat digendong atau lampu kamar terlalu terang saja langsung menangis dan sulit diredakan.
Penulis : Saeful Imam.
Source : Kompas.com
Bermain rangsang otak anak
ASI dan iq bayi
Puting susu belah dilarang menyusui
Informasi seputar asi
0 Comments