Kucing dan Ibu Hamil

Kucing dan Ibu HamilMEMILIKI hewan peliharaan memang menyenangkan. Namun, jika hewan itu berpotensi merusak keinginan kita untuk menjadi ibu, sebaiknya singkirkan hewan peliharaan tersebut. Hal ini tidak perlu jadi bahan perdebatan lagi.

Hewan peliharaan yang kerap membawa virus mematikan bagi janin adalah kucing. Pasalnya, kucing merupakan induk semang sejati bagi parasit toksoplasma gondi. Parasit tersebut dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi, lahir prematur, lahir mati, lahir cacat, dan bahkan keguguran.


"Makanya, ibu hamil harus menjauhi kucing," kata Boyke Dian Nugraha, ahli kandungan dan pendiri Klinik Pasutri di Tebet, Jakarta.

Parasit toksoplasma tersebut hidup dalam usus kucing dan akan membentuk ookista. Bentuknya bulatan kista besar berisi dua kista kecil yang jika pecah akan mengeluarkan parasit aktif.

Ookista bisa menyebar melalui tinja kucing. Setelah pecah, parasit tersebut bisa menempel pada kaki atau bagian tubuh kucing lainnya, bulu-bulu, misalnya. "Bila bersentuhan dengan manusia, parasit itu bisa menempel dan masuk ke tubuh," kata Boyke. (Adi Wikanto)

source : kompas.com

menjegah keguguranApakah keguguran dapat dicegah. Keguguran, Bisa Dicegah Kok, KEGUGURAN memang merupakan peristiwa yang traumatis. Tapi, jangan sampai kejadian ini membuat seorang wanita takut untuk hamil kembali. Sebab, wanita yang dicap memiliki kandungan lemah pun bisa melahirkan secara sehat dan Selamat, baik bayi maupun ibunya.

Tentu saja, kandungan jenis ini perlu langkah dan perawatan ekstra dibandingkan kehamilan pada wanita tanpa masalah kesehatan. Intinya, langkah dan perawatan tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya keguguran.

"Pencegahan dilakukan saat terlihat gejala-gejala kandungan lemah atau sebelumnya sudah pernah mengalami keguguran," ujar Boyke Dian Nugraha, pemilik dan pendiri Klinik Pasutri di Tebet, Jakarta.

Sebelum timbul gejala-gejala yang merugikan, ia menyarankan agar suami-istri yang menginginkan kehamilan sehat melakukan konsultasi ke ahli kandungan atau bidan dahulu.

Biasanya, selama masa konsultasi, si calon ibu akan mendapatkan pemeriksaan di bagian rahim. "Ini penting untuk melihat virus-virus dan kondisi rahim," kata Boyke.

Lebih baik lagi bila pemeriksaan tersebut dilakukan tiga bulan hingga enam bulan sebelum masa kehamilan terjadi. Dengan demikian, bila di rahim terdapat kotoran atau tumor, dokter bisa menghilangkannya.

Untuk menghilangkan tumor, misalnya, bisa dengan cara disuntik untuk mematikan tumor itu. Dokter bisa melakukan ini bila diameter tumor kurang dari 5 cm. "Bila lebih dari itu, harus dioperasi," imbuh Boyke.

Dukungan keluarga
Sementara, setelah kehamilan terjadi, kandungan lemah akan tampak setelah usia kehamilan mencapai 7 hingga 11 minggu. Tandanya berupa flek atau keluar darah sedikit pada vagina. "Ini karena kekurangan hormon progesteron," tutur Muhammad Lutfi Alkaff, dokter kandungan di RS dr Sardjito, Yogyakarta.

Untuk kasus seperti itu, si ibu harus memperoleh tambahan hormon. Caranya, ia harus meminum obat khusus berupa tablet atau memasukkan tablet hormon itu ke rahim. Tablet ini harus diberikan secara rutin, sehari dua kali. "Penambahannya dilakukan sampai plasenta keluar atau usia kandungan mencapai 16 minggu," kata Lutfi. Selain itu, si ibu juga harus mengonsumsi antibiotik. Karena, flek itu bisa memicu infeksi.

Bila terjadi kelainan pada rahim, misalnya leher rahim membuka terlalu lebar, rahim itu harus mendapatkan perawatan khusus. Lazimnya, dokter akan menjahit leher rahim tersebut.

Dengan penjahitan tersebut, leher rahim akan lebih kuat menopang janin yang terus berkembang. Proses ini harus dilakukan sebelum usia kandungan mencapai 16 minggu. Namun jahitan ini tidak berlaku untuk selamanya. "Saat proses kelahiran sudah memasuki cukup bulan (9 bulan), jahitannya harus dilepas agar proses kelahiran bisa berlangsung," kata Lutfi menjelaskan.

Boyke menambahkan, selain pertolongan medis, ibu hamil yang memiliki kandungan lemah juga harus mendapatkan dukungan dari keluarga. Bantuan dari keluarga ini penting untuk menjaga mental dan psikis wanita tersebut. "Keluarga juga harus mengingatkan agar wanita tersebut tidak banyak aktivitas dan banyak istirahat," Boyke berpesan. (Adi Wikanto)

source : kompas.com

Post a Comment

0 Comments